Prepare (basecamp
Yogyakarta)
27
pagi kita sudah sibuk menyiapkan segala bentuk perlengkapan untuk menuju gunung
argopuro, Salah satu gunung dengan track terpanjang se-pulau Jawa dengan jarak
45KM jalur baderan-bremi. Gunung yang juga banyak terselip unsur mistis. Tapi
hentikan semua pikiran yang terselip itu terlebih dahulu, karena dapat
mengganggu packing saya pagi ini. Dari Sepatu, tas carier hingga perlengkapan
pribadi dipersiapkan terlebih dahulu. Hingga sore harinnya dengan ditemani
Devi, Ira, Oi saya memulai pergerakan menuju Per Logistikan. Untuk Logistik
saya anggarkan Rp.350.000,00 dari mulai Snack,Minyak goreng, permen, hingga
minuman. Malam harinnya tinggal ceklist barang, agar nantinya tidak ada satupun
barang yang tertinggal. Onix, Tama, Juniardi, Oi, Gimbal(saya sendiri), Tanzie,
sudah siap pada posisi untuk di berangkatkan menuju Surabaya. Setelah semua Tim
Kumpul di Basecamp Kopi Liar, kita menuju terminal Giwangan.
Surabaya (Basecamp Kopi
Liar)
Pagi
sekitar jam 08.00 WIB kita tiba di Bungurasih , disana kita di jemput
temen-teman Kopi Liar Surabaya yang siap siaga menyambut hangat dan ramah untuk
singgah sejenak ke BaseCamp. Setelah peluk mesra karena lama tak jumpa kita pun
meluncur ke basecamp Kopi Liar yang tak jauh dari terminal bungurasih. Ternyata
di sana sudah dipersiapkan Pecel khas Surabaya dan Pete yang riang menyambut
kedatangan kita. Menu istimewa kita santap tak pandang bulu dengan semangat
membara. Maklum lapar cethar membahana…!! Katannya sih Filo, Ubay, dan Putri
pelangi yang masak dibantu teman2 KL yang mracik bumbunnya. Maknyus Pokok e….
Surabaya-Probolinggo-Besuki
Setelah
temu kangen dengan santapan dan saudara KL Surabaya, kita melanjutkan
perjalanan menuju Probolinggo dengan memakan waktu 3 Jam. Beranjak ke
Bungurasih kita mampir lagi sejenak ke Pos Pemantau di kawasan bungurasih,
bertemu Om Pur yang kebetulan nantinya ikut dalam pendakian ini. Setelah
bertemu Om Pur kita melanjutkan perjalanan untuk naik Bus Jurusan Probolinggo
yang saat itu di bantu pak Agus (petugas terminal bungurasih) teman Om Pur yang berhasil gocek harga tiket
menjadi Rp. 12.000 per orang. Naik Bis Restu, dengan tenaga kencang bi situ
melaju, menggasak mobil-monil di sekitarnnya. Hingga tiba di Probolinggo pukul
14.30. Kita turun dan melanjutkan perjalanan lagi menuju Besuki, salah satu
kota kecil sebelum naik ke Basecamp Baderan yang letaknya di kaki Gunung
Argopuro. Kali in ibis yang kita naiki sungguh teramat pelan hingga sampai di
alun2 Besuki jam 17.00. Ada waktu sekitar 1 jam untuk melengkapi perlengkapan
seperti sayur-sayuran, panci,spirtus, dan obat-obatan. Tak jauh dari alun2
besuki terdapat pasar yang masih buka walau hanya sebagian pedagang. Kita
membeli Kol, Wortel, terong, Tomat dan Lombok yang belum dibeli di Yogyakarta.
Besuki-Baderan
Oh
iya masih terlupa kita belum membeli spirtus, karena kita hanya bawa 1 kompor
gas portable, sedangkan kita paling tidak menggunakan 2 buah kompor dalam
pendakian ini. Untuk mencari spirtus di jam sore seperti ini bukanlah hal yang mudah, karena took
bangunan sebagian suda tutup, dan juga hari ini ternyata hari minggu. Akhirnya
kita [putuskan untuk membeli di atas sambil jalan menuju basecamp berharap ada
warung yang buka dan menjuyal spirtus. Berangkat dari alun-alun besuki menuju
basecamp Baderan menggunakan angkutan tertutup yang kita carter. Perjalanan
sekitar 1,5 jam menuju baderan. Dalam perjalanan ke Atas setiap toko kita
berhenti mencari spirtus, dan sampai 1 jam kemudian kita belum menemukan juga.
Yang dari toko ini di suruh ke toko ini begitu seterusnya kata penjual yang
tidak menyediakan spirtus. Hingga berhenti di Bengkel motor yang menjual
spirtus botolan seharga Rp.10.000 yang terpaksa kia beli.
Baderan (basecamp
Pendakian)
Tiba
di basecamp saya menyempatkan untuk mandi, karena tubuh sudah lengket minta
ampun. Jam 21.00 wib tiba di basecamp, dan ada 1 rombongan pendaki yang
bermalam di situ juga, dari Kuningan katanya. Suasana basecamp baderan malam
itu tak terlalu dingin, mungkin karena tidak begitu tinggi jadi saya belum
menemukan hawa dingin argopuro. Tak jauh dari basecamp saya bersama Agung turun
untuk membeli nasi bungkus. Mengganjal sedikit perut di malam hari biar besok
fit dalam pendakian. Oia saya belum memperkenalkan agung, salah satu saudara
baru kita dari Jember basicly dia seorang pelaut yang sudah lama melalang buana
di berbagai Samudra. Kenal Agung dari Om Pur yang bertemu di Alun2 Besuki bersama adiknya UUt.
Jadi Akhirnya 12 orang dalam pendakian ini. Agung sudah pernah ke gunung argopuro
tahun 2004 silam. Sudah lama se, ya semoga saja jalannya masih ingat.
Pukul
23.00 WIB kita istirahat di dalam, setelah mengisi perut. Seperti ikan asin
berjajar dalam kehangatan selimut. Sikut sana sikut sini dalam pergelutan malam
itu, hingga paduan suara mengalahkan kicuan burung hantu. Rencana kita
berangkat sekitar jam 09.00 WIB.
Suara
motor pagi serta obrolan anak kecil yang berangkat sekolah membangunkan saya di
pagi ini. Kebetulan di samping basecamp adalah SD negri Baderan. Kopi hangat
dan biscuit di buka tapi tak dilelang, cukup disantap saja untuk mengisi pagi
ini. Packing Packing…. Move Move… obrolan kecil menghentak canda kita.
Sedangkan Anak-anak Kuningan sudah berangkat menggunakan ojek motor menuju
batas terakhir motor yang kalau jalan kaki 3 jam tapi dengan ojek 1 jam sudah
beres. Lumayan she, hemat 3 jam di Start pertama. Kita yang pagi itu tergiur
akan ke praktisan ojek, akantetapi angan itu hilang karena kita akhirnya jalan
kaki dari basecamp. Setelah breafing pagi tentang jalur pendakian yang
diterangkan penjaga base camp, pak siapa lupa saya namannya. Dia menjelaskan
detail bagaimana kita dianjurkan untuk memotong jalur dari puncak argopuro
untuk melipir ke engklik dan tembus taman hidup. Jadi gak perlu balik ke rawa
embik dan sicentor. Lumayan she, hemat sekitar 6 jam kata bapak itu.
Start Baderan - Mata Air 1
Pukul
10.00 WIB kita mulai beranjak jal;an dari Basecamp Baderan, jalan aspal sekitar
10 menit mengawali langkah kita menuju gunung argopuro. Hingga ke perkebunan
warga. Panas terik Siang ini menguras tenaga. Jalur menanjak dan landai
mendominasi track ini. Jalan sedikit berbatu dan sebelah kana kita disuguhi air
terjun yang menjulang dari keinggian. Serta perbukitan yang indah menjadi bonus
di track pertama. Sejenak beristirahat dari balik panas terik matahari, hingga
akhirnya 3 jam kita berjalan jam makan siang pun menyambut kita, kebetulan
agung dan saya membeli nasi telur bungkus agar hari pertama tak perlu memasak.
Di temani aliran air yang tak henti-hentinya di area perkebunan warga kita
menyantap makan siang. Walau tak lama panas terik matahari muncul kembali,
akhirnya selesai juga jam makan siang kita. Kini tinggal yang rokok yang rokok.
Tak lengkap rasanya dia tak datang pada acara ini. Hehehe…
Lanjut…
track selanjutnya masih di perkebunan warga sekitar 1 jam kita tiba di batas
lading dan hutan, batas lading ini dittutup dengan sedikit perkebunan kopi di
kiri jalan. Langit mendung mulai mendominasi cuaca siang ini, hingga rintik
hujan mulai berjatuhan dan memaksa kita menggunakan jas hujan. Track
selanjutnya Hutan dengan jalur yang terguyur hujan, sedikit licin dan tetap
menanjak. Semakin deras dan Terlalu deras sampai Cak Ahmad salah satu saudara
kita yang berukuran paling besar terkena kram pada kaki kiri nya. Hingga jurus
urut yang dilakukan oi elbarnas yang memang pandai dalam dunia perurutan turun
tangan. Saya, Oi dan cak ahmad tetap di belakang menunggu laju dari cak ahmad
yang kakinya berdenyut kencang, otot kaki yang dingin dan kaku memaksakan kita
berjalan pelan. Tim pertama sudah tiba sepertinya, Tujuan awal memang kita
bakal mendirikan tenda di Cikasur, namun karena kondisi yang tak memungkinkan
kita akhirnya membuka tenda di mata air 1. Tiba di mata air 1 sekitar pukul
16.30 WIB. Tiga tenda kita dirikan mala ini. Angin tak cukup kencang namun
dingin mulai terasa di mata air 1, Hingga bara api saya buat dengan tiupan dari
mulut ke mulut. Hahahah. Tak cukup besar api mala mini, karena angin juga tak
kencang jadi agak sedikit susah menjadikan bara api. Pukul 18.00 WIB cahaya
bulan yang mendekati fullmoon mulai menampakkan keindahaanya. Di temani suara
air terjun di sebelah tenda yang kebetulan terbelah jurang dan ditepi jurang
terjulang tingginy air terjun. Mlam ini sepertinya menjadi malam terunik selama
pendakian. Karena banyak sekali kaki seribu/ kluwing mendekati tenda kita.
Hingga menempel dan masuk kedalam tenda, sedikit waspada she, emang agak
sedikit geli di saat kluwing ini menggerayangi tubuh kita. Warna hita pekat
jadi tak terlihat hanya terasa ketika dia merambat naik menuju paha kaki kita.
Banyak memang kluwing di daerah ini. Entah musimnya atau lagi infasi mendadak
seperti alien saja. Ketika pagi tiba pun tatkala sunrise pagi ini di awali
dengan masihnya kluwing menempel di atap-atap tenda.
Mata Air 1- Cikasur
Sekitar
pukul 10.00 kita berangkat menuju cikasur, selamat tinggal Kluwing mudah2an tak
bertemu lagi di Cikasur. Hahahaha… Jalur dari mata air1 menuju cikasur landai
dan juga sedikit menanjak. Namun track pertama yang kita hadapi yaitu sisa
hutan pinus bekas terbakar. Banyak pohon-pohon terbakar akibat kemaran tahun
kemarin. Dan pohon-pohon tumbang menemani setiap langkah kita. Ironis memang
melihat hal ini terjadi. Kita juga di
suguhi oleh indahnya hutan lumut yang rindang dan dingin sekitar 30 menit.
Masih hijau dan rimbun track hutan yang kita lewati setelah sisa-sisa pinus
yang terbakar. Hingga tiba di batu besar yang katannya di situ mata air 2 ada,
akan tetapi agak turun melewati tebing untuk mengambil air. Tapi kita tetap
terus menuju cikasur, sebelum cikasur kita melewati alun-alun kecil yang di
situ terbentang sabana hijau yang terbentang dan bunga pink dan lavender yang
mendominasi. Sungguh menarik mata kita untuk berhenti sejenak menikmati keindahan yang diciptakan-Nya.. setelah alun2
kecil kita memasuki hutan kembali, masih tetap hutan pinus dengan sisa-sisa
kebakaran. Sekitar 30 menit kita tiba di alun-alun besar, padang savanna
yang indah dan cukup luas dari pada
alun2 kecil. Ketika memasuki alun-alun kecil tadi itu sudah memasuki wilayah
cikasur. Alun2 besar dengan jalan kecil ditengahnya memaksakan kita untuk
berjalan sedikit berhati hati karena kaki kita tak bisa jalan melebar. Namun
pemandangan yang luar biasa membuat mata kita sejenak tercengan dengan panorama
alun-alun besar. Setelah alun-alun besar kita memasuki hutan lagi yang disini
sudah banyak kita jumpai Pohon Djancukan. Pohon dengan daun berduri yang
apabila kita terkena bagaikan di bilah dengan pedang kenzi himura. Perih dan
apabila di garuk maka pedih itu akan menyebar. Sekitar memasuki hutan 10menit
hujan turun, dan gemuruh petir tak hentinya bersautan di samping kiri kanan
telinga ku. Lagi dan lagi lagi pasang jas hujan. Setiap sore turun hujan, sama
seerti sore kemarin. Setelah menembus hutan sekitar 35menit padang hijau kebali
terlihat di depan mataku, dan Agung pun berbisik “ sebelah kanan itu ada
helipad, ojo mandek yo jalan terus saja” (jangan berhenti ya, jalan terus
saja”. Memang peninggalan jepang itu terlihat sungguh mencekam, bangunan lama
dan rintikan hujan seakan menjadi teman pas di film2 horor jaman sekarang. Tapi
di balik itu semua hamparan luas Cikasur terjulang luas dan sudah terlihat. Tak
ku hiraukan yang penting jalan sudah agar sampai. Semangat langkah kaki mulai
bergejolak ketika sebuah pos Nampak dari kejauhan. Sebelum menuju cikasur kita
harus melewati sungai kecil yang membelah antara cikasur dan helipad. Terlihat
jernih dan segar air dengan selada air yang cukup terkenal di Argopuro ini.
Sambil mengisi air terlebih dahulu dan sedikit menanjak untuk tiba di cikasur
akhirnya kita tiba sekitar pukul 16.30 WIB. Disitu ada salah satu rombongan
yang habis muncak namun mereka dari bremi dan turun baderan. Secangkir kopi
hitam seakan memutari dalam kehangatan kebersamaan. Setelah sesi perkenalan dan
perbincangan, Kita memutuskan untuk membuka tenda dan mencari tempat yang layak
untuk berdirinya tenda. Yaitu di sebelah kiri pos di balik bangunan tua Jepang
yang berpetak petak kita dirikan tenda.
Fullmoon Cikasur
Memang
Surga di Balik Keangkuhan Gunung Argopuro terletak di sini, terang bulan yang
indah menemani secangkir kopi malam ini. Menu mala mini yaitu Sop, ikan Asin
dan terong Goreng. Waw… perut sepertinya sepakat untuk mengatakan “Yap,
masuklah di kehangatan perutku”. Ribuan bintan seolah datang dengan sendirinya
melengkapi FullMoon malam ini. Oia malam kali ini kluwing sudah tak hadir dalam
sudut tenda, “Bye Bye Kluwing”. Hingga nasi pun matang, sayur sop dan semua
lauk yang terhidang malam ini tinggal kita siapkan untuk disantap. 5..4..3..2..1..
santap… tak sampai 10 menit makanan digelar di sepanjang crashbag hitam, sudah
habis terlahap. Mala mini kita jugapunya 2 saudara baru lagi 2 orang yang naik
namun tujuan mereka Cuma sampai cikasur karena terbentok masalah karier. Setelah
mengambil beberapa jepretan kamera untuk mengabaikan moment indah ini, saya pun
masuk tenda, untuk beristirahat karena besok pagi kita harus masih berjalan dan
tetap berjalan untuk menuju rawa embik.
Cikasur-Sicentor
Pagi
Cikasur,
Kusapa
engkau dengan ke Agungan yang Kau berikan
Seakan
mistis yang kau berikan hilang oleh keindahan pagi-Mu.
Kabut,
Savana, serta siratan cahaya mentari pagi mu melekat di anganku
Sebait
kata aku coba mengekspresikan bagaimana terpesonaku dengan cikasur. Ya gak
sebagus Rendra ketika menyiratkan kata she, hehehhe... Tapi aku sudah muli
jatuh cinta pada cikasur. Pagi ini aku mencoba mengelilingi savanannya, turun ke bawah mengambil air yang
jernih, memetik selada air yang segar hingga melihat ayam hutan dari dekat dan
mengendap. Pagi sekitar 05.30 wib aku memulai explore cikasur agar tak
ketinggalan moment indahnnya. Dari Timur terbentang Landasan udara peninggalan
jepang saat jaman penjajahan. Suara ayam bersahutan melengkapi pagi ini. Merak,
pagi ini aku mencoba ingin melihat merak yang katannya masih ada di Pegunungan
Argopuro ini. Namun setelah berjalan menyusri sekitar 1 jam alhasih merak iu
tak terlihat, entah karena memang belum nasibku melihat dengan meta kepalaku
sendiri. Setelah puas mengelilingi cikasur aku pun balik menuju tenda untuk
menjemur baju tas dan sepatuku karena hujan kemarin. Dan membuat secangkir jahe
untuk menghangatkan tubuh, kali ini koki kita Tama, onix, agam, dan oi. Jadi
aku agak sedikit tenang dan menghabiskan waktuku melihat savanna yang luas
dengan kedua mataku Pukul 09.00 makanan suda siap, menu pagi ini, macaroni
kornet, ikan asin semur pedas manis, kering temped an selada air rebus sambal
kacang. Nikmat bukan? Sungguh nikmat luar biasa…. Hahahah. Dan seperti biasa
tak sampai 10 menit hidangan semua itu habis tak tersisa, hanya selembar
crashbag panjang saja yang ada. Maklum lapar. Setelah makan, obrolan pagi dan
canda tawa kita di pos cikasur kita packing untuk menuju sicentor.
“Selamat Tinggal Cikasur, Indahmu akan selalu ku ingat.
Suatu saat Cepat atau Lambat aku pasti akan kembali
menikmati kabut tipis dan ungu lavendermu.”
Pukul
11.00 wib ready to the road, dari cikasur ke kanan menanjak sekitar 15 menit
track awal yang kita hadapi. Terlihat kali ini cikasur dari ketinggian, serta
kabut tipis menutupi hijau daratannya. Trac menuju sicentor landai, tapi tetap
ada tanjakan yang harus kita dihadapi. kita akan disuguhkan savanna yang luas
dan masuk hutan pinus. Sekitar 2jam tiba di sicentor. Sebelum sicentor track
agak terlihat tertutup oleh kayu tumbang akibat terbakar. Jadi agak susah
karena bercabang. Banyak orang tersesat didaerah ini karena jalan yang
bercabang itu tadi. Sekitar 4 savana kita di paksa keluar masuk hutan dan
melipir tebing yang agak sedikit curam. Namun dari ketinggian di turunan
terakhir menuju sicentor terlihat pos sicentor, dan trpisah oleh sungai kecil
yang membentang ke bawah. Setelah menyebrangi sungai Tim Akhirnya tiba di pos
sicentor pukul 14.00 WIB yang disambut juga Hujan Deras. Tapi untunglah kita
sudah tiba di pos. Terlihat pertigaan yang menuju ke Rawa Embik dan Satu menuju
Taman Hidup dari pertigaan ini kita mengambil arah ke kanan yang agak sedikit
naik untuk menuju rawa embik. Tapi selagi menunggu hujan reda kita memasak nasi
agar nanti malam tak perlu memasak nasi lagi..
Sicentor-Rawa Embik
Sebelum
menuju Rawa Embik kita melakukan gambreng untuk mengambil air di bawah dengan
posisi hujan, alhasil keberuntungan kali ini tak jatuh padaku dan agung hingga
terpaksa dan mau tak mau kita harus turun berdua mengambil air dibawah dengan
hujan rintik di sore itu. Dingin memang air sicentor kembali merambati kaki
yang terkena air. Setelah terisi penuh, akhirnya perjalanan kami lanjutkan
menuju rawa embik. Sekitar pukul 15.00 wib tim berangkat menuju rawa embik,
track menanjak pada awal perjalanan ini. Masih tetap masuk dan keluar savanna
hijau membentang, sekitar 1 jam perjalanan kita tiba di padang edelwis yang
tinggi menjulang, sungguh edelwis yang benar-benar tinggi hingga menutupi jalan
kita, namun bunga-bungannya tak mekar karena memang bukan musimnnya. Sebelum
mencapai rawa embik jalan menanjak sekitar 30 menit, dan akhirnya Tim tiba di
Rawa Embik pukul 17.30 dengan masih hujan rintik yang menyambut di sini. Dengan
sedikit perdebatan panjang antara lanjut menuju per3an dan bertenda di Rawa
Embik akhirnya keputusan Tim untuk bermalam di Rawa Embik. Basah kuyup setelah
hujan di sepanjang jalan memaksa kita untuk segera mendirikan tenda dan masuk
agar hangat. Mala mini kita tidak memasak, lauk kering temped an telur goreng
siap tinggal menyantap. Hanya membuat air hanta dan agar2 untuk besok di
puncak.
Rawa Embik-Pertigaan
Puncak-Puncak Rengganis-Puncak Argopuro
Pagi
hari tiba setelah malam yang diguyur hujan deras memaksa tidur mala mini kurang
nyenyak, karena air sedikit masuk kedalam tenda. Tapi malam terselesaikan juga.
Suara gemericik air rawa embik yang mengalir di samping tenda membangunkan ku
di pagi ini. Kabut tipis yang menusuk kulit tak henti-hentinya melekat. Rencana
kita mulai jalan jam 07.00 wib. Maka pagi pun aku bergegas mempersiapkan semua
dari kembali packing, membuat air hangat dan menyiapkan roti tawar untuk
dipersiapkan sebelum perjlanan kita. Oiya semalam kita menyempatkan membuat
agar namun alhasil tak jadi di pagi harinya karena kurang lama merebusnnya. Jadi
terpaksa kita santap seperti bubur dengan di campur roti dan susu coklat. Tetap
mantap dan istimewa. Pukul 08.00 WIB tim Kopi Liar Packing untuk melanjutkan
perjalannya. Alhasil 09.00 WIB Tim mulai melanjutkan track menuju pertigaan,
Jalan melipir bukit sekitar 30 menit dan menyebrang alur air hingga mata ku
tertuju pada seekor monyet berwarna hita yang bergelantungan di Pohon.Hingga
dia turun karena ketakutan akan kedatangannku. Sungguh eksotis Gunung Ini dan
masih banyak binatang2 liar yang di jumpai selama perjalanan. Sekitar 1,5 jam
berjalan dan terakhir hutan pinus yang menghantarkan kita ke gerbang edelweiss
terakhir menuju puncak, yaitu pertigaan antara rengganis dan puncak argopuro. Kentang
rebud yang semalam kita rebus di bagikan disini untuk mengganjal perut yang
mulai kosong. Pukul 11.30 kita tiba di pertigaan puncak. Dan melepas carrier
yang sudah 3 hari ini melekat di punggung untuk menuju puncak. Tanpa piker
panjang dengan giranngnya saya melepas kedua tas ini dan langsung berjalan
menuju puncak Rengganis bersama Tim Kopi Liar. Sekitar 15 menit berjalan
terlihat peninggalan Dewi Rengganis yang konon dulu adalah sebuah kerajaan.
Berbentuk kotak panjang di bawah puncak sebuah bangunan pra sejarah itu
terlihat. Dan juga sebuah lesung yang berisi air. Katannya she air itu tak akan
pernah habis meski kita ambil airnnya terus menerus. Disini kita juga sudah
mencium bau belerang yang agak menyengat, dan juga adanya 3 in memorian yang
tersibak di balik dedaunan sebelah kanan
jalan. Lanjut perjalanan sekitar 10 menit Tim Kopi Liar akhirnnya menggapai
Puncak Rengganis Jam 12.00 WIB. Tumpukan batu pertanda puncak pun terlihat
dengan sebelah kiri sebuah kawah mati yang hijau. National Anthem pun
berkumandang di Puncak Rengganis jam 12.10 WIB. Setelah puas dan berdokumntasi
Ria di puncak ini, kita pun turun untuk menuju puncak selanjutnnya yaitu Puncak
Argopuro. Puncak Argopuro bersebelahan dan terlihat dari puncak rengganis. Setelah
turun kita langsung naik kembali dengan melewati pohon pinus beserta anging
yang berdesis. Pukul 12.30 WIB Tim Kpi Liar Tiba di Puncak Argopuro. Puncak
argopuro terhalang oleh pohon pinus di puncaknya. Namun ada tumpukan batu
sebagai tanda puncak itu. Ternyata ada bonus di puncak ini, Roti Tawar dan
Puppy Orange yang di bawa om Pur di buka di puncak ini. Sungguh perasaan yang
luar biasa akhirnya Tim Kopi Liar bisa berdiri tegar di Atas punca ini. Setelah berhari-hari menembus hutan dan hujan
yang menemani kedua puncak kita kumandangkan lagu dengan lantang, lagu kedua
yaitu Syukur. Setelah lagu syukur berkumandang, Tim pun turun menuju pertigaan
karena takut kemalaman untuk tiba di Taman Hidup.
Puncak Argopuro-Taman
Hidup
Sekitar
jam 13.00 WIB kita turun, setelah perut Kenyan terisi nasi dengan lauk ikan
asin dan kering tempe. Turun kali ini kita melipir punggungan argopuro, ke
kanan meski naik sedikit lewat jalur ini agak sedikit memotong perjalanan.
Namun sekitar berjalan 1 jam ternyata jalan yang kita lewati salah. Kita malah
terus naik hingga puncak arca naik ke atas. Hingga memaksa kita turun dan
kembali ke track yang harusnnya ke kiri dan turun yang curam. Jalur ini sangat
turun dan Curam hingga beberapa kali saya terpeleset ubtuk yabg ke sekian
kalinnya. Jalanan yan sempit dan bannyaknya akar pohon menyusahkan kita saat
berjalan. Tumbuhan dan ilalang yang rapat di sepanjang jalan ini mempersulit
keadaan, dan berulang kali kita dipaksa untuk melangkah lebar untuk menyebrangi
batang kayu besar yang tumbang. Sekitar 3 Jam perjalanan kita tiba di pertigaan
antara sicentor dan Taman hidup yang terbentang bekas aliran sungai yang di
sebut engklik. Setelah melewati 3 jam perjalanan yang sungguh melelahkan
sekarang saatnta kita melewati ilalang yang rimbun dengan ketinggian selutut,
jadi menyusahkan kita untuk melangkah turun. Tak sesekali kedua tangan ini
berpegangan pada ilalang di kanan kiri untuk menahan kuda kuda kaki yang mulai
gemetar menahan berat beban, dan” DJIANCUUUUKKKK…” tangan kiri ku pun akhirnya
terkena djancukaan yang selama ini kita obrolkan. Akhirnya datang juga pelengkap
gunung ini setelah terkena pohon djiancukan. Pedih dan sangat sakit, sekujur
telapak tngan ini. Masih dengan track yang menurun, dan melipir tepian Jurang,
hingga sekitar pukul 17.00 WIB kita memasuki HUTAN LUMUT yang dimana hutan ini
sarangnya binatang buas, karena hutan ini sangatlah rapat, sampai sinar
matahari pun tak mampu menembus belantara hutan yang rimbun akan
ketinggiaannya. Kalajengking, ular, lintah pastinya ada di sekitaran Hutan yang
dingin ini. Di Hutan Lumut ini, Saya dan Tim berjalan Cepat dan hanya sekali
berhenti. Pokoknya extra ngebut. Hingga pukul 18.00 dimana gelap gulita
menemani perjalanan malam ini. Hanya kunang-kunang yang senantiasa menampakaan
cahayanya seolah memamerkan keindahan lampunya. Sebelum sampai di Taman Hidup
kita melewati sungai kecil yang memaksa kita untuk melewatinya dngan sangat
hati-hati. Karena Licin dan gela juga batang kayu hanya bisa di lewati satu
orang, jadi harus bergantian.
“Kik….”
Sahutan “Kik” dari kejauhan membuat kita lega, berarti Hutn lumut akan segera
kita lewati. Benar Praduga ku. Tak lama kemudian kita tiba Di Taman Hidup pukul
18.30 WIB. Dan Tenda di dirikan di taman hidup, di tepi. Karena sebagian taman
hidup teendam lumpur jadi dianjurkan untuk mendirikan di pinggir hutan. Mala
mini saya dan teman saya oi, agung membuat sarden dan minuman hangat untuk
menghangatkan malam ini. Namun setelah semua menu selesai dibuat, bakwan,
sarden, nasi ternyata teman2 sudah kelelahan hingga akhirnya semua lauk kita
makan untuk esok paginnya. Mala mini bersama Agung, Agam, CakAhmad dan saya
bermain kartu remi dengan taruhan yang cukup menantang, yaitu menjulurkan lidah
bagi yang kalah. Dan tak luput saya juga merasakan kekalahan ini. Hingga pukul
01.30 WIB kita istirahat dan bergegas tidu.
Taman Hidup-Basecamp Bremi
Pagi
itu di keheningan Taman Hidup yang senantiasa kabutnya mengalir indah menuju
sanubariku…
Pukul
05.30 WIB suda terang dan memaksa ku bangun untuk menujutaman hidup dan
menyentuh air dinginnya. Lumpur rawa yang sampai di mata kaki – bawah dengkul
untuk menuju dermaga. Rehat sejenak untuk sebelum turun di siang harinnya.
Melihat sebagian Tim Memancing di dermaga. Alhasil banyak yang ia dapatkan,
ikan mas se katannya. Tapi aku tak begitu tau jenis ikan, Karen kurang begitu
suka juga dengan memancing. Jadi yang goreng dan makan ikan nya sajalah. Sekitar
jam 10.00 WIB Makan pagi pun kita lakukan agar mengisi perut sebelum turun
menuju Basecamp Bremi. “Taman Hidup memang sulit untuk di tinggalkan, melekat
kabutmu di pagi hari mengajakku menari dalam keheningan tenang airmu”. Hingga jam 12.00 WIB Tim Pendakian Kopi Liar
turun menuju basecamp Bremi, lagi-lagi hujan dan hujan yang mengguyur kali ini
cukup deras, hingga membuat licinnya jalan yang kita lewati. Tanah coklat dan
padat serta siraman air dari hujan memang benar-benar membuat aku berulangkali
terpeleset jatuh. Track yang kita lewati hutan yang lumayan lebat dan rapat
sekitar 1,5 jam hingga kita tiba di kebun pohon Damar. Pohon dammar yang cukup
luas sekita 45 menit kita lewati demi melengkapi track turun menuju base camp.
Jalur di perkebunan ini bercabang, dan banyak jalur kecil yang berulang kali
menyusahkan kita untuk memilih jalur mana yang harus kita lewati. Hingga
sepucuk Tower terlihat dari kejauhan dan para petani dari kedua mataku terlihat
menopang rumput untuk makan sapi mereka. Semangat kami kembali menggebu ketika
kaki kita menginjakkan aspal setelah 5 hari kita menginjak tanah dan tak
melihat tiang-tiang listrik bergelantungan. 2,5 jam berjalan, jam 14.30 wib
saya pun tiba di Base Camp Bremi. Di
situ Nampak dari kejauhan om Pur dan Tanzie sudah tiba disana duluan. Dan
semangkuk bakso menanti kita di emperan depan Rumah base Camp. Saparatoz….
Peluk canda sedih bahagia kita terlewati setelah melewati 5 hari 4 malam di
Gunung Argopuro. Memang gunung yang memberikan pengalaman perjalanan yang luar
biasa. Sekitar 2 jam Tim akhirnya berkumpul semua di basecamp. Lagi lagi Ngopi
dan Ngopi lagi setelah bakso terenak terhabiskan oleh ku.
“Argopuro tak pernah terbayang akan keindahan mu sebelum dan
sesudah aku menyusurimu dengan tekad dan semangatku
Argopuro, cikasurmu memberikan kedamaian yang sejuk dalam
malam yang oanjang itu
Dan Kau Secantik Dewi Rengganis yang kokoh dan lembut
membelaiku Dalam dingin dan rimbun hutan mu
Terima kasih Tuhan atas rahmat dan Karunia-Mu yang
mengatarkanku menuju Keindahan-Mu”
Tim Pendakian Gunung
Argopuro :
Om
Pur-Cak Ahmad-Agung-Oi elbarnaz-Alvian Fendy (gimbal)-Utama Syahputra-Juni Ardi
Junot-Uut-Onix-Agam-Tanzie Umira
Berangkat
Yogyakarta – Surabaya :
Rp. 34.000 via bus
Surabaya – Probolinggo :
Rp. 12.000/ org
Probolinggo – Alun-Alun Besuki :RP. 8.000/ orang
Alun-Alun Besuki – Baderan :15
.000/orang itu malam hari, kalau siang mungkin Rp 12.000/orang
Tiket masuk argopuro 7.000/orang, ya karena kita juga minjam
motor dan minta tolong belikan spirtus jadi kita kasih Rp.100.000 untuk 12 orang
Bremi- Probolinggo :
Rp. 250.000 carter mobil elf travel executive( 1 mobil bisa 15 orang )
Probolinggo- Surabaya :Rp.
12.000/org
Surabaya – Yogyakarta :
Rp. 34.000/org
|
Cikasur |
|
Taman Hidup |
|
Taman Hidup #4 |
|
Taman Hidup #3 |
|
Taman Hidup #2 |
|
Salah Satu penunggu Argopuro |
|
Cikasur #2 |
|
Track sebelum cikasur |
|
Sisa Bulan Purnama |
|
Sunrise mata air 1 |
|
Angkuh |
|
Lavender |
|
Sunrise Cikasur |
|
Cikasur #7 |
|
Cikasur #6 |
|
Camp 2 |
|
Sungai Cikasur(memetik Selada Air) |
|
Aliran sungai yang membelah cikasur |
|
Cikasur #2 |
|
Aliran Sungai |
|
Menu Pagi Itu |
|
Makan, posisi menetukan Gizi |
|
Berteduh Di Sicentor |
|
Rawa Embik Pagi itu |
|
Rawa Embik |
|
Packing Rawa Embik |
|
Kawah Sebelum Puncak Rengganis |
|
Stay Cool |
|
Rengganis yang anggun |
|
20 M sebelum Puncak |
|
Air lesung Rengganis |
|
My Blood |
|
Plankat in Memorian |
|
Tim Kopi Liar |
|
View sebelum mata air 1 |
|
View perjalanan mata air 1 |
|
hampir Fullmoon |
|
like |
|
Waterfall |
|
Camp 1. Mata air 1 |
|
Track mata air 1- cikasur |
|
Stay cool om |
|
Mata air 2 turun kebawah dikit dari batu ini |
|
Alun-alun kecil |
|
Semangat Kawan |
|
Fullmoon In Cikasur |
|
Saparatozzzzzz |
|
Lanjut ke Sicentor |
|
Cikasur |
|
Move Move |
|
Tanda Hektometer |
|
Pohon Djiancukan |
|
Track menuju sicentor |
|
Taman Hidup |
|
Puncak Arca Iyang |
|
Taman Hidup 2 |
|
Cooking |
|
Secangkir semangat kawan |
|
Summit Rengganis |
makin memantapkan Q untuk melangkah kesana.....lama tak menghirup udara gunung..
BalasHapusberangkat saparatos.....
BalasHapushahaha, surgannya para pendaki, ayo kapan lagi
BalasHapusiki tim rewo le masak-masak endi...
BalasHapuso.... dasar gembel,..
haaaaaa
pissss